Jawaban:
Pemberian obat yang paling disukai dan aman adalah melalui mulut atau per oral. Pemberian secara suntikan umumnya untuk tujuan agar obatnya cepat memberikan khasiat. Pemberian suntikan juga tidak dapat dilakukan untuk obat-obat tertentu yang tidak bisa diserap melalui saluran cerna atau tidak berkhasiat bila diberikan per oral. Pemberian melalui suntikan cukup beresiko dibandingkan melalui mulut. Sayang ada di antara pasien atau masyarakat yang menganggap pemberian secara suntikan akan lebih berkhasiat dibanding obat oral. Bahkan ada di antara mereka yang menganggap kalau belum disuntik rasanya belum berobat. Yang lebih parah lagi ada masyarakat yang meminta atau ingin suntikan lebih dari satu. Dalam fikiran mereka beberapa suntikan akan memberikan efek yang sangat mujarab. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari petugas kesehatan. Lebih dari 70% pemberian obat dalam bentuk suntikan sebetulnya tidak perlu diberikan dalam bentuk obat suntik. Obat tersebut sebetulnya dapat diberikan dalam bentuk sediaan oral atau bentuk lain. Pemberian obat dalam bentuk suntikan juga berhubungan erat dengan biaya yang akan dibayarkan pasien. Komunikasi timbal balik antara penderita dengan tenaga kesehatan dapat meluruskan kesalahpahaman tentang pemberian obat melalui suntikan. Hal tersebut diharapkan akan dapat menurunkan kemungkinan penyalahgunaan pemilihan cara pemberian obat.
Kulit berfungsi sebagai pelindung. Tubuh kita hampir tidak dapat terinfeksi melalui kulit, bila kulit tidak dirusak atau tidak dilukai melalui tusukan jarum suntik atau trauma mekanik lainnya. Banyak mikroba normal atau patogen ada di sekitar kita, yang mungkin dapat menginfeksi. Resiko infeksi oleh kuman atau mikroba patogen cukup tinggi. Bahkan oleh bakteri yang tidak membutuhkan zat asam atau oksigen dalam hidupnya. Infeksi oleh kuman jenis ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal, seperti tetanus.
Pemberian obat melalui suntikan merupakan salah satu cara penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diberikan dalam bentuk suntikan umumnya adalah untuk tindakan pengobatan. Di samping itu juga diberikan pada imunisasi, transfusi darah atau komponen darah, dan untuk tujuan kontrasepsi. Terjadinya infeksi pada bekas suntikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penggunaan ulang alat suntik tanpa sterilisasi merupakan sumber infeksi. Zaman dahulu, alat suntik umumnya digunakan berulang-ulang. Tabung alat suntik terbuat dari kaca dan baja stain less steel yang dapat disterilisasi ulang. Ternyata penggunaan alat kuno tersebut masih memberi peluang terjadinya infeksi, terutama oleh virus. Sekarang semua alat suntik sudah dibuat untuk sekali pakai atau disposible. Tetapi oleh pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab, alat suntik yang sudah digunakan justeru dimanfaatkan lagi untuk suntikan berikutnya. Inilah yang dapat menyebabkan infeksi. Dari hasil penelitian ternyata hampir 40% dari praktek tak bermoral tersebut dilakukan oknum. Bahkan di negara miskin tertentu sampi 70%. Harga alat suntik sekali pakai sudah sangat murah dibandingkan harga obat yang disuntikkan. Apalagi bila dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan. Sebagai konsumen anda perlu memastikan bahwa alat suntik yang digunakan adalah sekali pakai, baru dan belum digunakan sebelumnya.
Alat suntik yang sudah kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas kebebaskumanan alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut, maka alat suntik tersebut harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat batas penggunaan sering dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dijual kembali ke pasar gelap (black market). Obat atau alat kesehatan dari sumber bantuan sering memiliki batas daluwarsa yang sudah dekat, sehingga berpotensi lewat daluwarsa. Penggunaan secara bersama dan tidak aseptis (tidak menjaga alat dan lingkungan tetap bebas mikroba) oleh pengguna obat-obat narkotika berpeluang besar terjadinya infeksi karena alat suntik. Beberapa infeksi virus yang sering terjadi adalah virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV) dan virus HIV.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi karena suntikan. Jangan menggunakan ulang alat suntik. Jangan menyuntik pada satu tempat bagian tubuh yang sama secara berulang-ulang. Jika seseorang menyuntik anda, pastikan mereka tahu apa yang dilakukan. Pastikan larutan obat suntik yang akan disuntikkan dalam keadaan bebas kuman. Jangan tusukkan jarum suntik yang sudah digunakan ke wadah obat suntik takaran berganda. Jangan menggunakan alat suntik secara bersama-sama. Jangan menggunakan alat suntik lebih dari satu kali walaupun untuk pasien dan obat yang sama. Alat suntik sekali pakai sangat murah dibandingkan harga obat yang akan disuntikkan dan merupakan tindakan sia-sia bila dibandingkan dengan resiko yang akan ditimbulkan. Pastikan anggota keluarga atau penderita sendiri yang menggunakan suntikan insulin di rumah betul-betul terlatih dan memahami prinsip bebas kuman. Untuk itu tidak ada pilihan lain, hanya menggunakan alat suntik sekali pakai. Kebijakan menggunakan satu alat suntik ber ulang kali untuk pasien yang sama, walaupun dengan obat yang sama perlu dihindarkan.
Pak Makmur, penyebab infeksi pada anak Bapak, mungkin salah satu dari mekanisme di atas. Tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Ada kemungkinan penyebab infeksi bukan disebabkan oleh tenaga kesehatan yang menyuntik, tetapi oleh obatnya atau alat yang digunakan. Ada obat yang memeng rentan untuk tercemar oleh kuman seperti jamur.
Bagi anda yang ingin menanyakan segala sesuatu tentang obat, makanan, NARKOBA dan kosmetik dapat menghubungi kami melalui SMS di nomor 082388287373. Jawaban akan diberikan dalam bentuk artikel di surat kabar Singgalang Minggu dan laman web Fakultas Farmasi Universitas Andalas (Unand) Padang. Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan masyarakat yang perlu dijawab, pembaca harap bersabar menunggu giliran. Prioritas jawaban ditujukan untuk penanya yang mencantumkan alamat lengkap, pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi apoteker dan seberapa pentingnya pertanyaan yang diajukan terhadap kemaslahatan masyarakat. Tim pengasuh berhak memperbaiki pertanyaan untuk menghindari hal-hal yang dianggap kurang tepat seperti menyangkut kepentingan pemasaran produk obat dll. Terima kasih. Dr. Muslim Suardi, MSi., Apt.