Fakultas Farmasi Universitas Andalas (Unand) Padang laksanakan program Matching Fund Gambir 2022 di Nagari Talang Maua, Kecamatan Mungka, Kabupaten 50 Kota, Minggu (6/11/2022).
Kegiatan Matching Fund Gambir 2022 ini, diketuai Prof. Dr. apt. Deddi Prima Putra dengan mitra CV. Rasdi & Co di dampingi Tim peneliti Prof. Dr. apt. Amri Bakhtiar dan Dr. apt. Friardi Ismed bersama mahasiswa MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), Addevia Illahi, Rafika Adrine, Fina Fardani dan M. Imanullah Aziz.
Dipilihnya nagari Talang Mauansebahai pusat kegiatan Kegiatan Matching Fund Gambir 2022, karena mayoritas penduduk Talang Maua berprofesi sebagai Petani Gambir dan kegiatan ‘Mengampo’ dilakukan secara rutin tiap harinya.
Salah seorang petani gambir setempat, Iskarni memaparkan, menjadi petani gambir merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang masyarakat Talang Maua. Bahkan aktivitas mengampo yang merupakan proses pembuatan gambir sudah dilakukan sejak tahun 1945.
" Masyarakat Talang Maua rata-rata memiliki ladang Gambir seluas 1,5 Hektar bahkan lebih," kata Iskarni.
Sementara itu, ketua Matching Fund Gambir 2022 Unand, Prof. Dr. apt. Deddi Prima Putra menyebut, kegiatan yang dilakukan bersama mahasiswa MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) bertujuan untuk mendorong mahasiswa dan generasi muda mengelola potensi sumber daya alam sehingga menciptakan nilai tambah serta hilirisasi produk Gambir, yang merupakan salah satu komoditas unggulan Sumatera Barat, bahkan Indonesia.
Mahasiswa MBKM, kata dia, berkontribusi dengan cara mengamati proses produksi gambir yang dilakukan secara tradisional di ‘Rumah Kampo’ yang berlokasi pada tengah-tengah ladang.
Setelah proses pengamatan tersebut, selanjutnya mahasiswa akan mengambil sampel hasil pengolahan gambir untuk dibawa ke Laboratorium Biota Sumatera, di Universitas Andalas.
" Di sana sampel akan diperiksa kadar katekin yang dihasilkan serta parameter lain sesuai dengan SNI," terangnya.
Selanjutnya, hasil pengujian sampel gambir yang diambil dari ‘Rumah Kampo’, akan diberitahukan kepada masing-masing pemilik ‘Rumah Kampo’.
" Lalu, apabila ditemukan kadar katekin dibawah SNI, maka pihak peneliti Matching Fund Gambir 2022 akan melakukan pendampingan dan intervensi berupa perbaikan SOP, sehingga dapat meningkatkan mutu (kadar katekin) gambir yang mereka produksi," terang Deddi Prima Putra.
Menurutnya, intervensi pada proses pengolahan bertujuan untuk memberikan ilmu baru kepada masyarakat sehingga dapat menghasilkan gambir dengan kadar katekin sesuai SNI atau lebih tinggi sesuai keperluan pengguna (eksportir).
" Diharapkan dengan adanya standar mutu ini, dapat meningkatkan harga nilai gambir dipasaran dikemudian hari," ucap Ketua Matching Fund Gambir 2022 itu.
Sumber : berintanda1